NILAI
PENDIDIKAN DALAM
IMAN
KEPADA RASULULLAH SAW
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah : Tauhid
Dosen Pengampu : Syamsuddin Yahya
Oleh :
Aula Af’idah ( 123911010 )
Desi Kartika (123911011)
Syarifah ( 123911012 )
Arifatul Rahmawati ( 123911013 )
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA IALAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
I.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana
Pengertian Iman kepada Para Rasul ?
2.
Bagaimana
Sifat ParaRrasul ?
3.
Bagaimana Cara Kita Beriman kepada Rasul ?
4. Bagaimana Bukti Kita
Beriman kepada Rasul ?
II.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Iman kepada Rasul
Definisi iman Menurut bahasa mempunyai arti pembenaran hati.
Sedangkan menurut istilah, iman adalah "membenarkan dengan hati,
mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan". Ini
adalah penjapat jumhur ulama.
Iman kepada rasul artinya membenarkan
dengan seyakin - yakinnya bahwa Allah SWT mengutus seorang rasul pada setiap
umat untuk mengajak mereka beribadah kepada Allah SWT semata, tanpa
menyekutukanNya dan untuk kufur pada sesembahan selainNya. Serta kepercayaan
bahwa semua Rasul adalah benar, mulia, luhur, mendapat petunujuk serta
menunjuki orang lain. [1]
Adapun
dalil tentang kewajiban iman kepada para rasul, ialah sebagai berikut:
Allahberfirman:
Allahberfirman:
Artinya :
Rasul ( Muhammad ) beriman kepada apa yang diturunkan
kepadanya (Al – Qur’an ) dari Tuhannya, demikian pula orang – orang yang
beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat – malaikatnNya, kitab – kitabNya
dan rasul – rasulNya. ( Mereka berkata ), “ Kami tidak membeda – bedakan
seorangpun dari rasul – rasulNya.” Dan mereka berkata, “ Kami dengar dan kami
taat. Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan kepada
mu tempat ( kami ) kembali.” ( QS.
Al – Baqarah : 285 )
Rasul yang pernah diutus oleh Allah SWT adalah
mereka dari golongan laki-laki, tidak pernah ada rasul berjenis kelamin
perempuan, dan jumlah rasul yang diutus sebelum Nabi Muhammad SAW sebenarnya sangat banyak. Seperti Hadist yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad
"Dari Abu Dzar ia berkata: Saya bertanya, wahai Rasulullah : Berapa jumlah para nabi? Beliau menjawab: Jumlah para Nabi sebanyak 124.000 orang dan di antara mereka yang termasuk rasul sebanyak 315 orang suatu jumlah yang besar." (H.R. Ahmad)
Berdasarkan hadist di atas jumlah nabi dan rasul ada 124.000 orang, diantaranya ada 315 orang yang diangkat Allah swt. menjadi rasul. Diantara 315 orang nabi dan rasul itu, ada 25 orang yang nama dan sejarahnya tercantum dalam Al Quran dan mereka inilah yang wajib kita ketahui, yaitu : Adam, Idris, Nuh, Hud, Shaleh, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Ayyub, Syuaib, Harun, Musa, Al – Yasa’, Dzulkifli, Daud, Sulaiman, Ilyas, Yunus, Zakaruyya, Yahya, Isa, dan Muhammad.[2]
Selain para Rasul
– rasul itu dikuatkan dengan mu’jizat, iapun dikuatkan dengan kitab – kitab
yang dibawa atau yang diturunkan kepadaNya.[3]
Disamping ke – 25 nabi dan Rasul diatas, terdapat pula nabi
dan rasul lain, namun tidak dikisahkan secara sharih ( lugas ) oleh Al –Quran.
Oleh karena itu, kewajiban mengimani mereka cukup secara ijmal ( global ) saja.
Dalam QS. ghafir : 78
Allah berfirman :
Artinya :“ Dan sungguh telah kami utus beberapa utusan
sebelum kamu, sebagian dari mereka ada yang kami kisahkan kepadamu sedang
sebagian yang lain tidak kami kisahkan.”[4]
B. Sifat Para
Rasul
Para nabi dan
rasul memiliki mumiliki empat sifat wajib, empat sifat mukhal dan satu sifat
jaiz.
Adapun sifat
wajib bagi rasul yaitu :
1. Shiddiq ( benar )
Artinya nabi dan rasul bersifat benar, baik dalam tutur kata
maupun perbuatannya, yakni sesuai dengan ajaran Allah SWT. Seperti firman Allah
SWT dalam surat maryam ayat 50 :
2. Amanah ( dapat dipercaya )
Artinya para nabi dan rasul itu bersifat jujur dalam
menerima ajaran Allah SWT, serta memelihara keutuhannya dan menyampaikan kepada
umat manusia sesuai dengan kehendaknya. Mustahil mereka menyelewengkan atau
berbuat curang atas ajaran Allah SWT.
Lawan dari sifat amanah yaitu khianat ( curang )
3. Tabligh ( Menyampaikan wahyu kepada
umatnya )
Nabi dan rasul itu pasti menyampaikan seluruh ajaran Allah
SWT sekalipun mengakibatkan jiwanya terancam.
Lawan kata dari sifat tabligh adalah kitman ( menyembunyikan
wahyu )
4. Fathonah ( pandai atau cerdas )
Artinya para nabi dan rasul itu bijaksana dalam semua sikap,
perkataan, dan perbuatannyaatas dasar kecerdasannya, dengan demikian mustahil
mereka dapat dipengaruhi oleh orang lain.
Lawan kata dari fathonah ialah jahlun yang artinya bodoh.
Satu sifat
jaiz nabi dan rasul, yaitu
Artinya :
Mereka juga memiliki sifat – sifat sebagaimana manusia pada
umumnya seperti makan, minum, tidur, sakit, dan lain – lain.[5]
C. Cara Kita
beriman Kepada Rasul
Setelah kita mengetahui tentang pengertian
iman kepada rasul serta sifat – sifatnya sekarang kita akan membhasa cara
beriman kepada rasul. Kita beriman kepada rasul berarti :
1. Kita harus percaya akan kebenaran
risalah yang mereka bawa
2. Menerima semua kabar yang mereka
bawa.
3. Mengamalkan syariat rasul yang
diutus kepada kita.
4. Iman kepada rasul yang disebut
namanya didalam Alquran maupun yang tidak.[6]
D. Bukti Beriman kepada Rasul
Bukti beriman kepada rasul, berarti kita harus meneladani
seluruh aspek kehidupan rasul, diantaranya :
1.
Dalam ibadahnya;
diwujudkan dalam bentuk ketundukan dalam menjalankan dan memelihara salat
sesuai dengan tuntunan beliau. Beliau bersabda:
صَلُّوْا كَمَا رَاَيْتُمُوْنِى اُصَلِّى
Salatlah kalian sebagaimana aku salat. (H.R. Bukhari)
صَلُّوْا كَمَا رَاَيْتُمُوْنِى اُصَلِّى
Salatlah kalian sebagaimana aku salat. (H.R. Bukhari)
2.
Dalam tatacara berpakaian yang menutup aurat, sopan, bersih
dan indah, makan makanan yang halal, bersih dan bergizi, makan tidak sampai
kenyang, tidak makan kecuali setelah dalam keadaan lapar.
3.
Sebagai pemimpin
umat, Beliau lebih mendahulukan kepentingan umatnya daripada kepentingan
pribadinya; Beliau bukan tipe manusia individualistik yang hanya memikirkan
dirinya sendiri.
4.
Sebagai anggota masyarakat, Beliau bukan manusia yang suka
berdiam diri di rumah seraya memisahkan diri dengan masyarakat sekitar, tetapi
selalu berinteraksi dengan semua lapisan masyarakat dan sering mengunjungi
rumah-rumah para sahabatnya. [7]
III.
PENUTUP
Demikian makalah
yang dapat kami susun, mudah – mudahan bisa memberikan kontribusi positif dalam
pembelajaran yauhid ini. Khususnya dalam materi yang sudah ada dalam
pembelajaran tersebut. Mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat
banyak kesalahan atau kekeliruan, karena pada hakikatnya semua kebenaran adalah
milik Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Rijal
Hamid,Syamsul, Buku Pintar Agama
Islam, Bogor , Cahaya Salam , 1995
Thahir, Taib,
Ilmu Kalam, Jakarata, PT.AKA, 1997
Tim Ahli Ilmu
Tauhid, At – Tauhid Li ash – Shaff ats – Tsani al – ‘Ali, Jakarta, Tim Pustaka
Darul Haq, 2012
Yasid, Abu,
Islam Akomodatif, Yogyakarta, LKiS, 2004
Firdaus, Detik
– detik Terakhir Kehidupan Rasul, Jakarta, publicita, 1997
Tidak ada komentar:
Posting Komentar